KARIKATUR
Karikatur adalah gambar
atau penggambaran suatu objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas
objek tersebut. Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi
muatan atau melebih-lebihkan. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan
umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan bagi pihak yang
mengenal subjek tersebut. Karikatur dibedakan dari kartun
karena karikatur tidak membentuk cerita sebagaimana kartun, namun karikatur
dapat menjadi unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial. Orang yang
membuat karikatur disebut sebagai karikaturis.
Karikatur sebagaimana yang dikenal sekarang berasal dari Italia abad
ke-16. Pada abad ke-18, karikatur telah menjangkau masyarakat luas melalui media cetak
dan, terutama di Inggris,
telah menjadi sarana kritik sosial dan politis. Pada abad berikutnya, berbagai majalah satire menjadi
media utama karikatur; peran yang kemudian dilanjutkan oleh surat kabar
harian pada abad ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan
hiburan,
karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi
untuk meneliti bagaimana manusia mengenali waj
Ø Lembaran karikatur karya Annibale Carracci
Ø Walaupun gambar satire—seperti gambar hewan yang bertingkah
laku seperti manusia—sudah ditemukan setidaknya sejak zaman Mesir Kuno,[7]
popularitas seni karikatur berasal dari Italia abad
Renaisans.[3]
Pada mulanya, karikatur dibuat sebagai lelucon iseng oleh para seniman di
studio, seperti Leonardo da Vinci dan Carracci bersaudara—Agostino
dan Annibale serta Lodovico sepupu mereka,[8]
untuk menghibur dirinya sendiri atau kawan-kawannya dengan menggambar patron ataupun subjek lukisannya
secara berlebihan. Carracci bersaudara diyakini sebagai seniman-seniman pertama
yang terkenal akan karikatur mereka,[3]
dan Annibale diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan istilah ritrattini
carichi (potret yang dilebih-lebihkan).[9]
Selanjutnya, Pier Leone Ghezzi
menekuni seni ini dan membangun kariernya dengan lebih dari 2.000 karya
karikatur orang kebanyakan maupun tokoh terkenal. Karikatur-karikatur tersebut
tidak dipublikasikan ataupun disebarluaskan, namun menjadi hiburan di kalangan
elite. Setelah menyebar di Italia pada abad ke-16, karikatur sebagai langgam
visual baru menyebar ke pers
popular Eropa
lebih dari seabad kemudian.[3]
Ø Abad ke-18 dan awal abad ke-19
Ø Karikatur sebagai bentuk seni lukis baru berkembang di Inggris setelah
penerbitan sejumlah karya Ghezzi dan seniman Italia lainnya pada tahun 1744.
Contoh karikaturis Inggris yang popular pada abad ke-18 adalah James Gillray, Thomas Rowlandson, dan George Cruikshank yang
menggabungkan unsur karikatur dengan kartun menjadi
kartun satire. Namun demikian, pada tahun 1830-an karya-karya mereka sudah
kurang popular di Inggris dan kemudian diekspor ke Prancis dalam
mingguan La Caricature dan kemudian harian Le Charivari yang
sangat sukses, keduanya dipimpin oleh Charles Philipon.[9]
Ø Ilustrasi patung Berlioz
karya Jean-Pierre Dantan
Ø Dua terbitan Charles Philipon tersebut membuat Prancis
menjadi pusat baru perkarikaturan. Sejumlah karikaturis terbaik pada zaman itu
dipekerjakan oleh Philipon; Paul Gavarni, J.J. Grandville,
dan terutama Honoré Daumier, yang
dianggap sebagai salah satu seniman paling terampil dalam sejarah karikatur.[9]
Baik Philipon maupun Daumier pernah ditahan akibat
karikatur mereka di kedua terbitan tersebut yang meng-kritik pemerintahan raja
Prancis saat itu, Louis-Philippe.
Pada salah satu sidang pengadilannya, Philipon menggambar potret Raja
Louis-Philippe yang bermetamorfosis menjadi buah pir dan menyatakan
pembelaan bahwa ada banyak hal yang mirip satu sama lain di alam sehingga tidak
boleh ada pembatasan atas kreativitas seniman.[10]
Daumier sendiri pertama kali diadili karena Gargantua, kartun karyanya
yang meng-karikaturkan Louis-Philippe sebagai raksasa yang memakan uang rakyat.[11]
Ø Karikaturisme kemudian menyebar ke media lain, yaitu patung, dimulai
dari patung-patung karikatur karya Jean-Pierre Dantan.[2][12]
Gaya patung Dantan ini sangat mempengaruhi para seniman karikatur, sehingga
mereka pun menciptakan patung-patung kepala penyanyi, penulis, pemusik dunia
terkenal dan banyak aktor terkenal dari Comédie-Française.
Bentuknya mungil dan menjadi sangat diminati, dipakai sebagai hiasan ujung
tongkat, pegangan kayu, topeng, dan alat permainan lainnya.[2]
Ø Akhir abad ke-19
Ø Karikatur Benjamin
Disraeli karya Carlo Pellegrini adalah
karikatur pertama pada majalah Vanity Fair terbitan London.
Ø Pada tahun 1868 di London, Thomas Gibson Bowles
mulai menerbitkan Vanity Fair, majalah 'politik,
sosial, dan kesusastraan' yang kemudian terkenal karena memuat karikatur
berwarna yang menggambarkan politisi, tokoh sastra, raja atau ratu dari luar
negeri, ilmuwan, olahragawan, dan tokoh-tokoh terkenal lain.[13][14]
Sebagian besar karikatur tersebut digambar oleh Carlo Pellegrini—kartunis
Italia yang menggunakan nama samaran "Singe" (bahasa
Prancis untuk monyet) dan "Ape" (bahasa
Inggris untuk kera) untuk mencerminkan pekerjaannya, yaitu menirukan
subjeknya dengan tidak sempurna (to ape, dalam bahasa Inggris)[15]—dan
Leslie Ward ("Spy"),
walaupun banyak seniman lain juga berkarya untuk majalah tersebut. Setiap
karikatur tersebut diberi komentar yang mengolok-olok
oleh Bowles dan editor-editor selanjutnya yang menggunakan nama samaran
"Jehu Junior". Majalah ini disebut sebagai yang paling banyak dibaca
oleh para pejabat dan orang kaya Inggris dibandingkan dengan mingguan lainnya.[14]
Ø Karikatur Vanity Fair tersebut memengaruhi Joseph Keppler, imigran Austria yang
menerbitkan majalah Puck di New York, Amerika
Serikat. Mulai terbit dalam bahasa
Jerman pada tahun 1876 dan kemudian bahasa Inggris setengah tahun kemudian,
majalah ini juga memuat karikatur tokoh-tokoh terkenal yang disebut puckograph.[16][17]
Kesuksesan Puck mengilhami penerbit lain untuk menirunya, dan segera
saja surat kabar-surat kabar dan terbitan tetap lainnya mulai secara rutin
memuat karikatur.[18]
Ø Sementara itu, kartun editorial Thomas Nast
yang sering berisi karikatur William M. Tweed, seorang
politikus New
York yang korup, dimuat di majalah Harper's Weekly dan turut
berperan menggulingkan kekuasaan politikus tersebut. Setelah Tweed melarikan
diri dari Amerika Serikat karena tuduhan kriminalitas, seorang polisi di Vigo, Spanyol, berhasil
mengenalinya berkat kartun-kartun Nast tersebut.[19]
Ø Awal abad ke-20
Ø Karikatur abstrak Alfred Stieglitz karya Marius de Zayas
Ø Pada awal dekade ke-2 abad ke-20, Marius de Zayas, seorang
karikaturis Meksiko
yang hijrah ke New York, mengembangkan gaya seni lukis yang ia sebut karikatur
abstrak. Selama berkarya di Meksiko maupun pada tahun-tahun pertamanya di New
York, de Zayas menggunakan gaya yang realistik dan representasional.[20]
Namun demikian, sewaktu mengunjungi Paris selama hampir setahun penuh dan setelah bertemu Picasso
dengan gaya kubismenya,
de Zayas mengungkapkan ketidakpuasannya atas metode karikatur tradisional.[21]
Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1911, de Zayas mulai mengeksplorasi
gaya barunya yang memadukan bentuk-bentuk geometris datar simetris dan persamaan-persamaan
matematika. Dengan gaya karikaturnya itu, de Zayas disebut
"menjembatani kesenjangan antara karikatur pesohor populer
dalam media komersial dengan keprihatinan dunia seni avant-garde
untuk menemukan cara inovatif menggambarkan manusia tanpa kemiripan
tersurat".[22]
Ø Seusai Perang Dunia I, popularitas karikatur berkembang
secara dramatis di Amerika Serikat seiring dengan perkembangan film, fotografi,
dan majalah
yang membuat wajah para pesohor dari bintang film sampai atlet dan politisi
dengan mudah dikenali oleh umum.[23]
Karikatur teatris
menjadi genre tersendiri dalam seni populer masa tersebut, dimulai oleh Al Frueh yang menerbitkan Stage
Folk, kumpulan karikaturnya yang bergaya Art Deco,
pada tahun 1922.[24][25]
Pada tahun yang sama, Ralph Barton juga terkenal
sebagai karikaturis teatris setelah menghiasi tirai teater pada salah satu
pertunjukan di Broadway dengan 139 karikatur bintang teater,
kritikus drama, dan orang-orang ternama dari masyarakat kelas atas New York.[23]
Miguel Covarrubias, yang berasal dari
Meksiko, menyusul dengan karyanya di berbagai surat kabar dan majalah serta
buku kumpulan karikatur pertamanya yang terbit pada tahun 1925, The Prince
of Wales and Other Famous Americans. Alex Gard yang berimigrasi dari Rusia juga
mengkhususkan diri menggambar tokoh-tokoh teater, terutama lebih dari 700
karyanya yang terpampang di dinding restoran "Sardi's" di New York
yang digambar dengan imbalan makan gratis di restoran tersebut sejak tahun 1927
hingga kematiannya tahun 1948.[26]
Namun demikian, Al Hirschfeld adalah seniman
yang dianggap sebagai tetua semua karikaturis teatris.[18]
Ø Karikatur teatris Hirschfeld mulai dimuat di sejumlah surat
kabar di New York setelah karikatur aktor Prancis Sacha Guitry karyanya, yang
semula ia gambar pada salah satu pertunjukan teater Guitry dan membuat seorang
wartawan terkesan hingga menyarankan Hirschfeld untuk menjualnya, dimuat di
halaman depan surat kabar New York Herald
Tribune pada tahun 1926.[23][27]
Akan tetapi, gaya khas karikatur kaligrafis linear Hirschfeld baru berkembang
setelah ia mengunjungi Bali
pada tahun 1932 atas undangan Covarrubias.[28][29]
Ia mengaku terkesan dengan wayang kulit Jawa dan dipengaruhi
oleh gaya seniman ukiyo-e Jepang seperti Harunobu, Utamaro, dan Hokusai,[30]
maupun oleh Covarrubias.[18]
Sepanjang kariernya, ia membuat karikatur hampir semua tokoh penting teater
Amerika Serikat,[27]
dan orang yang sudah dibuat karikaturnya oleh Hirschfeld menjadi dianggap tokoh
sukses. Karyanya tampil pada hampir semua terbitan ternama selama sembilan
dekade, termasuk hampir tujuh puluh lima tahun pada harian The New York Times, serta banyak poster,
buku, dan sampul rekaman, hingga kematiannya pada tahun 2003.[31]
Ø Akhir abad ke-20
Ø Karikatur Lyndon
Johnson karya David Levine
Ø Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, karikatur politik
mengalami "kelahiran kembali" dalam masa yang oleh Steven Heller,
direktur seni senior The New York Times, disebut sebagai "periode
paling vital dalam perkarikaturan abad ke-20".[32]
Hal-hal seperti Perang Vietnam, skandal
Watergate, kebudayaan pemuda, feminisme,
dan hak-hak sipil menjadi sasaran
karikaturis dan kartunis politik pada masa ini yang dipelopori oleh David Levine, Edward Sorel, dan Robert Grossman dari
Amerika Serikat serta Ralph Steadman dan Gerald Scarfe dari Inggris.
Karya mereka tampil di majalah-majalah seperti The New York Review of Books, New York, dan Esquire maupun media protes
lainnya.
Ø David Levine beberapa kali
disebut sebagai karikaturis terhebat pada masanya.[33][34][35]
Karyanya tampil sebagai ilustrasi artikel pada majalah The New York Review of Books mulai
tahun 1963 hingga 44 tahun kemudian, dan lebih dari 6.000 karikatur penulis,
artis, dan politisi yang digambarnya dengan pena dan tinta dimuat di berbagai
terbitan prestisius seperti Time, Esquire, dan The New Yorker.[36]
Untuk membuat karikatur pada The New York Review of Books, Levine
menelaah terlebih dahulu buram artikel yang akan diberi ilustrasi, bersama
dengan foto tokoh yang oleh majalah tersebut diminta dibuat karikaturnya. The
New York Times mendeskripsikan karikatur Levine sebagai "berkepala
besar, berekspresi murung, menyelisik secara tajam, dan hampir tidak pernah
memuji"[34]
Salah satu karyanya yang terkenal ialah karikatur Presiden Amerika Serikat Lyndon
Johnson yang sedang menunjukkan bekas luka operasi yang digambarkan Levine
berbentuk seperti peta Vietnam.[35]
Ø Pada tahun 1980-an, acara televisi Inggris Spitting Image yang
menampilkan karikatur dalam bentuk boneka mengolok-olok politisi dan para pemimpin partai pada
era Margaret Thatcher.[37]
Program yang ditayangkan tahun 1984–1996 ini dimotori oleh Roger Law dan Peter Fluck yang pada tahun
1970-an sudah membuat karikatur untuk The Sunday Times Magazine, The New
York Times, dan sejumlah majalah internasional. Spitting Image
mulanya dikritik karena karikaturnya dianggap bersifat ofensif, terutama
karikaturnya atas keluarga kerajaan Inggris, namun kemudian menjadi sukses
besar. Sesudah itu, acara ini ditiru di berbagai negara, dari Amerika
Serikat hingga Iran.[38]
Pembuatan
karikatur
Ø Dalam membuat karikatur, karikaturis melakukan observasi
untuk menentukan ciri khas yang membuat subjeknya berbeda dari orang lain, dan
melebih-lebihkan ciri tersebut.[39][40]
Untuk itu, karikaturis membandingkan wajah subjeknya dengan wajah orang
rata-rata, dan melebih-lebihkan perbedaannya.[41][42]
Misalnya, jika subjek karikatur memiliki hidung yang lebih panjang dibandingkan
orang rata-rata, gambaran hidung subjek tersebut di karikaturnya akan jauh
lebih panjang. Namun demikian, bagaimana ciri khas tersebut dilebih-lebihkan
sering bergantung pada gaya menggambar masing-masing karikaturis.[43]
Ø Sebagaimana ditinjau ulang oleh Susan E. Brennan,
karikaturis mulai membuat karikaturnya dengan model anatomi proporsi wajah yang
digeneralisasi. Banyak karikaturis memiliki sejumlah foto figur publik untuk
membuat karikaturnya dan selalu menggunakan lebih dari satu foto. Karikaturis
dapat pula mempelajari sejumlah foto subjeknya dan kemudian menggambar
berdasarkan ingatan.[41]
Ø Karikatur buatan computer
Ø Telah dilakukan berbagai usaha untuk membuat karikatur
secara automatis atau semi-automatis menggunakan teknik grafik komputer.
Misalnya, Susan E. Brennan menciptakan suatu perangkat
lunak untuk membuat karikatur secara interaktif. Dalam sistem yang ia
rancang, karikatur dibuat dengan membandingkan dua gambar; gambar wajah orang
yang akan dibuat dikarikaturnya dan wajah orang yang dianggap rata-rata.
Kemudian, wajah pertama dibuat karikaturnya dengan menambahkan perbedaan
antargambar tersebut.[41]
Ø Sejumlah sistem pembuat karikatur terkomputerisasi
selanjutnya mengembangkan metode yang digunakan Brennan. Selain itu, terdapat
pula sejumlah sistem lain yang berusaha mempelajari bagaimana karikaturis
membuat karikaturnya dengan menerapkan teknik-teknik kecerdasan
buatan atau statistika. Sistem lain bergantung pada masukan dari
pengguna mengenai ciri-ciri wajah yang perlu dikarikaturkan sehingga menuntut
keterampilan penggunanya.[40]
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Karikatur
Ø Karikatur dan persepsi wajah
Ø Penggunaan karikatur dalam pengenalan wajah dan persepsi wajah telah
ditelaah dalam bidang psikologi kognitif, persepsi visual, visi komputer, dan pengenalan
pola.[40]
Penelitian menunjukkan bahwa gambar wajah yang dilebih-lebihkan—menggunakan
sistem pembuat karikatur terkomputerisasi seperti yang disebutkan di atas—secara
umum lebih mudah dikenali daripada foto orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai
caricature effect ('efek karikatur').[44]
Penelitian juga menunjukkan adanya reverse-caricature effect ('efek
karikatur balik'), yaitu bahwa orang yang sudah pernah melihat karikatur
seseorang kemudian menjadi lebih mudah mengenali foto orang tersebut.[45]
Fenomena ini diduga disebabkan oleh ciri-ciri wajah yang memang berbeda dan
dilebih-lebihkan dalam karikatur membuat wajah lebih mudah dikenali. Ciri-ciri
wajah yang lain daripada yang lain merupakan hal penting dalam pengenalan wajah
dan wajah yang memiliki ciri khusus memang lebih mudah dikenali daripada wajah
yang umum.[46]
Karikatur juga telah dipelajari sebagai mekanisme untuk memperbaiki tingkat
pengenalan sketsa atau foto komposit wajah pelaku kriminalitas.
Referensi
: http://id.wikipedia.org/wiki/Karikatur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar